SMP Islam As-Syafiiyah 02 berhasil mengubah tumpukan Sampah Sekolah menjadi aset melalui panduan tiga langkah yang sangat mudah diterapkan. Kunci suksesnya adalah konsistensi dan penyediaan infrastruktur yang jelas. Program ini memastikan setiap siswa memahami perannya dalam menjaga lingkungan, dimulai dari kebiasaan kecil.
Langkah 1: Kategori Jelas – Organik vs. Anorganik (Basah vs. Kering)
Langkah pertama yang vital adalah penyediaan tempat sampah yang terbagi dua warna: hijau untuk organik (sisa makanan, daun) dan kuning untuk anorganik (plastik, kertas, botol). Pembagian ini menghilangkan kebingungan. Siswa diajarkan prinsip “Basah” adalah Hijau dan “Kering” adalah Kuning.
Langkah 2: Fokus Pemilahan Lanjutan di Sumber Sampah Sekolah
Setelah dipilah di kelas dan kantin, sampah anorganik dibawa ke pusat pemilahan. Di sini, dilakukan pemilahan lanjutan menjadi tiga sub-kategori: Kertas, Plastik, dan Logam. Tahap ini krusial untuk memaksimalkan nilai jual daur ulang dan efisiensi pengolahan.
Langkah 3: Pengolahan Mandiri dan Tabungan Sampah Sekolah
Sampah organik langsung diolah menjadi kompos untuk kebun sekolah dan eco-enzyme. Sementara sampah anorganik disetor ke Bank Sampah. Siswa mendapatkan buku tabungan, sehingga sampah mereka terkonversi menjadi saldo yang bernilai ekonomi.
Sistem edukasi di As-Syafiiyah 02 dirancang untuk menanamkan pemahaman, bukan sekadar perintah. Pemilahan sampah diintegrasikan ke dalam kegiatan piket harian dan proyek mata pelajaran, menjadikan pengelolaan Sampah sebagai bagian budaya.
Pihak sekolah juga aktif melarang penjualan makanan atau minuman dengan kemasan plastik sekali pakai di kantin. Kebijakan ini secara otomatis mengurangi volume sampah yang harus dipilah, sesuai dengan prinsip Reduce dalam 3R.
Keberhasilan program As-Syafiiyah 02 terletak pada kesederhanaan panduan 3 langkahnya, membuat pilah sampah menjadi rutinitas yang otomatis dan mudah diikuti oleh semua warga sekolah. Mereka menjadi percontohan sekolah yang peduli lingkungan.
SMP Islam As-Syafiiyah 02 membuktikan bahwa masalah sampah di sekolah dapat diatasi dengan solusi yang cerdas dan partisipatif. Dengan sistem yang terstruktur, Sampah berubah dari masalah menjadi peluang edukasi dan ekonomi.
