Tugas akademik di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sering kali melibatkan proyek kelompok SMP yang menuntut kerja sama tim dan keterampilan krisis. Dalam situasi ini, kemampuan untuk Belajar Jadi Problem Solver adalah kunci utama yang membedakan tim sukses dari yang tertinggal. Proyek-proyek seperti membuat model diorama ekosistem, melakukan kampanye daur ulang sampah di lingkungan sekolah, atau bahkan membuat video edukasi singkat, pastilah menghadapi berbagai kendala tak terduga. Ini adalah momen krusial bagi siswa untuk mengembangkan pola pikir analitis dan kreatif yang akan sangat berguna di masa depan.
Keterampilan problem solving di kalangan remaja sering kali masih perlu diasah, terutama ketika menghadapi dinamika interpersonal dalam tim. Bayangkan sebuah tim yang tengah mengerjakan proyek “Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah” untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Proyek ini, yang dimulai pada hari Senin, 14 Oktober 2024, di Laboratorium IPA SMP Budi Luhur, Jakarta Timur, memiliki tenggat waktu presentasi pada Jumat, 25 Oktober 2024. Masalah muncul ketika salah satu bahan penting, yakni soda api, sulit didapatkan karena stok di toko kimia langganan sedang habis total. Jika tidak diselesaikan, seluruh jadwal kerja yang sudah disusun, termasuk sesi uji coba dan penulisan laporan akhir, akan terhambat. Untuk mengatasi rintangan semacam ini, berikut adalah lima langkah praktis yang dapat diikuti oleh setiap siswa SMP untuk memastikan proyek kelompok SMP mereka tuntas dengan sukses.
Pertama, Pahami Masalah Secara Mendalam. Jangan terburu-buru mencari solusi. Dalam kasus kekurangan soda api, masalah intinya bukan hanya bahan yang habis, tetapi potensi gagalnya reaksi saponifikasi. Semua anggota tim, termasuk ketua kelompok, Andi Wijaya, dan sekretaris, Rina Salsabila, harus duduk bersama pada Selasa, 15 Oktober 2024, pukul 15.00 WIB untuk menganalisis akar masalah. Apakah ada bahan pengganti yang aman dan efektif? Atau mungkinkah ada pemasok alternatif lain di area sekitar Jakarta? Catat semua detail kegagalan dan dampak yang mungkin terjadi.
Kedua, Brainstorming Solusi Alternatif. Libatkan semua anggota tim untuk menyumbangkan ide, sekreatif apa pun itu. Kemampuan problem solving tim sangat bergantung pada keragaman sudut pandang. Misalnya, salah satu anggota tim bisa mengusulkan untuk mengganti soda api dengan abu hasil pembakaran kayu yang mengandung alkali tinggi (potasium hidroksida), meskipun perlu penyesuaian resep dan keamanan. Anggota lain bisa mencari informasi kontak toko kimia di daerah Bogor atau Tangerang. Dalam proses ini, setiap ide harus dicatat tanpa dihakimi terlebih dahulu.
Ketiga, Evaluasi dan Ambil Keputusan Terbaik. Setelah daftar solusi terkumpul, tim harus menimbang pro dan kontra dari setiap opsi. Opsi penggantian bahan mungkin berisiko memengaruhi kualitas produk akhir, sementara membeli dari luar kota akan menambah biaya transportasi. Setelah mempertimbangkan ketersediaan waktu yang mepet, tim memutuskan solusi terbaik adalah menghubungi Toko Kimia “Sumber Jaya” di Bogor, setelah mendapatkan informasi detail dari temuan internet pada Rabu, 16 Oktober 2024. Keputusan ini harus didokumentasikan dengan jelas sebagai bagian dari laporan pelaksanaan proyek.
Keempat, Laksanakan Solusi dan Monitor Progres. Solusi yang telah dipilih harus dijalankan dengan pembagian tugas yang spesifik. Dalam contoh proyek ini, dua anggota ditugaskan untuk pergi ke Bogor pada Kamis pagi, 17 Oktober 2024. Penting untuk terus memantau kemajuan. Jika upaya pertama gagal, tim harus siap dengan Rencana B. Komunikasi yang terbuka dan rutin, misalnya melalui grup pesan instan setiap dua jam selama menjalankan tugas, adalah hal yang vital.
Kelima, Evaluasi Hasil dan Refleksi Diri. Setelah proyek berhasil diselesaikan, misalnya dengan mendapatkan sabun yang berhasil diuji pH-nya sesuai standar yang ditentukan guru pembimbing, tim wajib melakukan refleksi. Evaluasi ini tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses problem solving yang telah dilakukan. Dari pengalaman yang terjadi, mereka belajar bahwa mengandalkan satu sumber bahan saja adalah kesalahan perencanaan. Pelajaran ini, yang mereka dapatkan di penghujung Jumat, 25 Oktober 2024, merupakan bekal berharga yang jauh lebih penting daripada nilai proyek itu sendiri. Dengan mengikuti langkah-langkah terstruktur ini, siswa SMP akan terbiasa menghadapi tantangan dan menguasai keterampilan Belajar Jadi Problem Solver yang sangat bernilai.
